Saya share buat sahabat2 di AIR PUTIH, secuplik pengalaman hidup saya dan keluarga.
7. Siapa Yang Bawa Kamu? (Dari
buku "22+1 Cara Bersyukur Dalam Hidup", oleh Haryo Hastoko).
Polisi
petugas pengawas ujian teori SIM di Daan Mogot itu ternyata kalah ulet dengan
anak saya ketiga, perempuan pertama.
Konsisten mengikuti peraturan memperoleh SIM, anak saya bergeming untuk
tidak memilih jalan pintas seperti banyak orang lain yang tidak sabaran. Ujian teori SIM memang sulit atau dipersulit
oleh oknum tertentu, nyatanya anak saya yang sarjana S1 psikologi sampai tiga
kali gagal dalam ujian teori tersebut.
Polisi petugas pengawas ujian rupanya iba melihat anak saya berjilbab
yang konsisten. Akhirnya dia memberi
tahu anak saya untuk minta ACC saja ke pejabat tertentu di kamar
khusus. Tanpa embel-embel memberikan
uang pelicin sepeserpun akhirnya anak saya berhasil memperoleh SIM dengan
resmi. Dia memang telah mahir
mengemudikan kendaraan sesuai dengan SIM yang diperolehnya. Sangat wajar kalau akhirnya dia mendapatkan
SIM tersebut.
Seperti
kakak-kakaknya yang menganggur pada tahun-tahun pertama selesai kuliah, dia
juga bernasib serupa. Ikut kegiatan
sosial, ikut 'kerja bakti' di bidang pendidikan, memperluas jaringan
referensinya ternyata belum langsung membuahkan hasil diterima bekerja di
perusahaan yang bonafid. Mungkin hampir
mencapai angka ratusan, jumlah lamaran yang telah dikirimkannya.
Suatu
hari dia pulang dan membawa berita gembira.
Dia lulus serangkaian tes di satu BUMN dan mulai minggu depan ikut
pelatihan dasar calon karyawan. Singkat
cerita, setelah three months probation
period, akhirnya dia diterima sebagai karyawan BUMN.
"Seru deh pa . . . . . " begitu ceritanya satu hari pada
saya. "Masak hampir seluruh teman-teman cerita bahwa mereka diterima di
BUMN tersebut karena koneksi, bawaan atau titipan pejabat tertentu. Ada
yang titipan atau bawaan orang dalam, atau sebagian lagi pakai surat sakti dari pejabat instansi lain yang
terkait dengan birokrasi BUMN itu." "Lha waktu kamu ditanya, kamu titipan
siapa, apa jawabmu?" tanya saya.
"Bengong aja, apa dijawab kalau saya titipan Allah ya? Nanti dikirain sombong lagi . . ."
selorohnya.
Pulang
dari tugas di Surabaya,
dia cerita lagi bahwa pakdhe yang
purnawirawan TNI pun menanyakan hal yang sama: "Bisa masuk ke BUMN, siapa yang
membawa kamu? Papamu khan bukan pegawai negeri?" Terbersit sedikit perasaan bangga bahwa
anakku memang konsisten dan ulet. Tujuan
yang jelas, memberikannya daya juang yang tinggi untuk meraih cita-citanya.
Saya
bersyukur di jaman penuh keraguan dan ketidakpastian ini, anak saya mampu
tegar.
Mampu dan berani memilih jalan yang dia yakini kebenarannya. Tidak tergoda memilih jalan pintas yang
merampas hak orang lain, atau merendahkan martabat diri sendiri. (hyh)
13. Hukum Kekekalan Enerji. (Dari buku "22+1 Cara
Bersyukur Dalam Hidup", oleh Haryo Hastoko).
Saya
berhenti kerja beberapa tahun menjelang usia pensiun. Saya minta pensiun dini,
bukan karena diPHK perusahaan. Ada
sedikit perasaan gengsi kalau diPHK,
seolah-olah kita sudah tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Sedikit lain kalau kita sendiri yang minta
diPHK dalam hal ini dengan dikabulkannya permintaan pensiun dini kita. Bukan perusahaan yang menyuruh kita berhenti
karena dianggap tidak produktif lagi, tapi kitalah yang meyakinkan perusahaan
bahwa kita telah melakukan kaderisasi dengan baik. Setahun terakhir saya sangat intensif membina
tim kerja saya. Semua program kerja
transparan, saya rencanakan bersama mereka.
Bahkan rencana kerja tahun depan, nyaris semuanya adalah kreasi dari
tiga orang staf saya. Perusahaan
berhasil saya yakinkan bahwa tim kerja saya telah sangat siap melakukan porsi
pekerjaan kami, sekalipun tanpa kehadiran saya.
Berarti ini merupakan efisiensi biaya, sekaligus kemungkinan promosi
untuk staf saya.
Alhamdulillah,
sekalipun menurut peraturan karyawan yang berhenti atas permintaan sendiri
tidak mendapat pesangon; saya merasa sangat diperhatikan perusahaan. Direksi rupanya sadar akan apa yang saya
lakukan selama ini. Atas berbagai
pertimbangan terutama dari dampak positif prestasi kerja saya, perusahaan
memberikan pesangon cukup lumayan. Tidak
saya minta, pesangon ini saya rasakan sebagai mukjijat campur tangan Allah
lewat kesadaran perusahaan. Bahkan kalau
saya pikirkan lebih lanjut, hal ini sesungguhnya memang sudah hak saya. Bukan hak karyawan yang diatur oleh peraturan
pemerintah atau peraturan perusahaan, melainkan wujud diberikannya hak ini
berdasarkan asas hukum kekekalan enerji.
Adalah seorang Jamil Azzaini, waktu itu menjabat sebagai Resources Director Dompet Dhuafa yang
menerangkan hal ini dengan contoh-contoh sederhana tapi sangat meyakinkan.
Siapa
menanam, dia mengetam. Siapa menabur
angin, dia menuai badai. Siapa
tersenyum, dia akan menerima senyuman dari orang lain. Siapa cemberut, diapun akan dicemberuti orang
lain. Jadi apapun yang kita perbuat di
dunia ini, akan berbalas sesuai makna hakikat perbuatan tersebut.
Pernah
terbersit iri di hati saya waktu perusahaan menerima karyawan baru yang sama
pangkatnya dengan saya, namun kompensasinya sangat mencolok berbeda. Dia menerima gaji lebih tinggi, ditambah
fasilitas kendaraan yang tidak saya dapatkan.
Hukum kekekalan enerji yang saya pahami, membuat saya tetap bekerja
dengan memberikan yang terbaik. Saya
yakin dengan hal terbaik yang saya lakukan, ada kekuasaan lain yang mengatur
bahwa itu tidak akan sia-sia. Ternyata
benar, hal tersebut terbukti waktu saya pensiun dini. Pesangon yang saya dapat, kalau
dihitung-hitung besarnya sama dengan perbedaan kompensasi pendapatan saya
dengan karyawan baru tersebut – dikalikan faktor waktu masa kerjanya.
Saya
bersyukur dijauhkan dari perasaan iri dengki, memilih untuk tetap bersikap positif dengan selalu memberikan
yang terbaik dalam hidup ini. Terima
kasih Allah. (hyh)
Haryo Hastoko
[Non-text portions of this message have been removed]
Segelas air putih, untuk kesegaran jiwa. Simak catatan lengkapnya, liat
photo member, dan download arsip di www.airputih.tk
<-~-------------------- moderator[at]AirPutih.tk -----------------------~->
AirPutih Groups Links
<*> Planet airputih:
http://www.airputih.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar